Pj Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto membuka secara resmi Sekolah Lapang Nelayan yang diselenggarakan BMKG. (Foto : Istimewa) |
Acara
ini diawali dengan laporan Ketua Panitia SLCN, Sugeng Widarko, yang
menyampaikan bahwa kegiatan SLCN 2024 ini dilaksanakan sejalan dengan
amanat Peraturan Presiden No. 123 tahun 2022 serta Instruksi Presiden
No. 5 tahun 2011 yang menekankan pentingnya mitigasi perubahan iklim
melalui koordinasi lintas sektor untuk melindungi ketahanan pangan,
termasuk sektor perikanan.
Selain
itu, dalam laporannya, disampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 58
peserta yang terdiri dari nelayan beserta stakeholder terkait antara
lain Basarnas, Polairud, Dinas Kelautan dan Perikanan Sultra, Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kendari, serta Balai Pengelola
Transportasi Darat.
Deputi
Meteorologi BMKG yang diwakili oleh Direktur Meteorologi Maritim BMKG,
Eko Prasetyo, dalam sambutanya memperkenalkan aplikasi INA-WIS (Weather
Information for Shipping).
Aplikasi
yang dirancang untuk menyediakan informasi cuaca maritim yang akurat
dan mudah diakses oleh para nelayan, guna meningkatkan keselamatan
pelayaran.
Aplikasi
tersebut ditujukan untuk para nelayan agar dapat lebih siap menghadapi
kondisi cuaca yang dinamis, sehingga dapat meminimalkan risiko
kecelakaan di laut dan memastikan aktivitas melaut berjalan dengan aman.
Selanjutnya, dalam kesempatan tersebut, Pj Gubernur secara resmi membuka SLCN tahun 2024.
“Dengan
mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada hari ini, Selasa, 15 Oktober
2024, pukul 11.08 WITA, kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN)
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2024, secara resmi saya nyatakan
dibuka,” ujar Andap.
Dalam
sambutannya, Andap menyampaikan apresiasi serta dukungan atas kegiatan
BMKG dalam memanfaatkan informasi cuaca dan iklim berbasis data akurat.
Pemerintah akan mendukung penuh melalui kolaborasi Pentahelix yang
melibatkan berbagai pihak.
Andap
juga menyoroti keunggulan geografis Sultra yang terletak di antara Laut
Banda dan Laut Flores, menjadikannya salah satu lumbung ikan nasional.
“Keunggulan
geografis itu dapat kita lihat dari jumlah nelayan kita yang terus
meningkat dari 79.531 jiwa pada 2023 menjadi 80.932 jiwa di 2024,”
ujarnya.
Pj Gubernur
menekankan bahwa meskipun teknologi semakin berkembang, tantangan yang
dihadapi akibat anomali musim dan cuaca ekstrem tetap menjadi
perhatian.
Untuk itu,
pemerintah daerah bersama BMKG berkomitmen menyediakan pelatihan, akses
teknologi, dan peningkatan infrastruktur guna membantu nelayan dalam
merencanakan aktivitas penangkapan ikan secara efektif dan aman.
Pj Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto membuka secara resmi Sekolah Lapang Nelayan yang diselenggarakan BMKG. (Foto : Istimewa) |
Dalam
menghadapi tantangan cuaca ekstrem yang menyebabkan nelayan tidak
melaut, Pj Gubernur menyebutkan adanya program Mata Pencaharian
Alternatif (MPA) bagi nelayan yang didukung oleh Pemda berupa pengolahan
hasil perikanan, budidaya rumput laut, udang, serta bandeng serta
didukung dengan bantuan peralatan, bibit, serta sarana budidaya.
Pj
Gubernur juga menekankan pentingnya pengembangan sistem peringatan dini
cuaca maritim yang lebih baik serta akses informasi berbasis data
akurat bagi nelayan.
“Ini
merupakan bagian dari upaya kita meningkatkan kesiapsiagaan nelayan
menghadapi perubahan iklim, sehingga aktivitas melaut lebih aman dan
optimal,” pungkasnya.
Turut
hadir dalam acara Direktur Meteorologi Maritim BMKG, Kepala Perwakilan
BI Sultra, serta perwakilan stakeholder terkait dari Basarnas, Polairud,
Dinas Kelautan dan Perikanan Sultra, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan Kendari, serta Balai Pengelola Transportasi Darat. (Red)