Deputi Kepala BI Sultra, Adik Afrinaldi saat bincang-bincang bareng media (Foto: Ist) |
Diketahui, inflasi di provinsi Sultra pada tahun 2022 menduduki posisi kedua setelah provinsi Sumatera Barat yakni 7,9 persen.
Deputi Kepala BI Sultra, Adik Afrinaldi mengungkapkan, tahun 2023 ini pihaknya bersama pemerintah daerah akan fokus mengendalikan laju inflasi dengan program penanaman cabe, bawang merah, dan komoditas lainnya.
Pasalnya kedua bahan pokok ini dinilai menjadi penyumbang terbesar tahun 2022 lalu.
"Untuk komoditas bawang merah di Sultra selalu terjadi defisit setiap tahunnya, dan kebutuhan bahan pokok ini selalu dibutuhkan setiap masakan tidak kayak cabe kan," kata Adik dalam kegiatan Bincang-bincang bareng Media di salah satu Restoran di Kendari, Selasa (31/1/2023).
Ia menjelaskan, bawang merah di Sultra ini merupakan satu-satunya komoditas yang sering defisit dan dipasok dari luar Sultra yakni Jawa, Sulawesi Selatan dan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
" Jadi kondisinya selalu defisit setiap tahunnya. Dari sini kita melihat ini memerlukan langkah strategis dari semua pemerintah daerah untuk melak
ukan penanaman bawang merah,"
Adik menambahkan, pihaknya baru baru ini mengikuti panen perdana bawang merah di Desa Jati Bali, Konawe Selatan dengan model konvensional biasa menanam di lahan sederhana
Saat ini, lanjut Adik, sudah ada 6 kelompok tani (Poktan) bawang merah di Konsel dan di Bombana juga melakukan penanaman bawang merah. Pihaknya juga akan terus berkordinasi dengan pemerintah daerah untuk program-program penanaman kebutuhan pokok ini.
Sedangkan untuk di kabupaten Wakatobi juga para petani sudah menanam bawang merah dengan menggunakan lahan yang ada.
"Ini hanya sebuah model saja. Intinya langkah ini adalah peningkatan pasokan di seluruh Sulawesi Tenggara," tutup Adik.
Konsel bisa pacu produksi bawang merah
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen penuh mendorong peningkatan produksi petani, khususnya untuk komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabe.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, mengatakan, prospek pengembangan kedua komoditas tersebut amat besar.
"Bawang merah misalnya, spektrumnya itu luas. Bisa di dataran tinggi maupun dataran rendah," ujarnya dikutip dari rakyatmerdeka.id saat berdialog dengan Kelompok Tani Harapan Makmur di Desa Tanea, Kecamatan Konda beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, kawasan seperti Konawe Selatan memiliki prospek bagus dalam pengembangan bawang merah, cabe dan sayuran lainnya. Untuk komoditas cabe rawit misalnya, produksi petani setempat mampu mencukupi kebutuhan warga kabupaten berpenduduk 315.000 jiwa ini.
Untuk bawang merah, pria yang akrab dipanggil Anton ini mengapresiasi upaya para petani dalam melakukan budidaya komoditas tersebut. Kendati baru memulai, ada semangat yang luar biasa dari para petani.
"Luas tanamnya sekarang 7 hektar dengan total produksi sekitar 65 ton. Untuk kebutuhan (bawang merah) di Konawe Selatan sekitar 865 ton, dengan luas tanam 96 hektar," jelas Anton.
Anton optimistis, ke depan Konawe Selatan bisa memacu produktivitas bawang merahnya serta menjadi lumbung komoditas hortikultura di Sulawesi Tenggara. "Konawe Selatan potensial. Tinggal petani kita perlu berikan pendampingan intensif. Misalnya dari hasil kunjungan hari ini, kami merekomendasikan tanah perlu diberikan bahan organik karena memang kandungan liatnya tinggi," ungkap dia.
Anton yakin sinergi antara pemerintah pusat, daerah, petani, dan para penyuluh mampu mengakselerasi terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. (adm)