![]() |
Ilustrasi |
"Dua atau tiga tahun yang lalu, bisnis hotel yang ada di Sultra masih menjanjikan, jumlahnya juga tidak terlalu banyak, saya belum punya data pastinya, kalau tidak salah dibawah angka 70, tapi beberapa tahun ini daerah kita dimasuki hotel-hotel yang punya franchise sendiri dan cukup benefit," katanya, Jumat (8/11)
Diakuinya, pertumbuhan hotel yang ada di Sultra sebagai salah satu perkembangan ekonomi, namun jika tidak diimbangi dengan sesuatu yang bisa mendatangkan tamu, maka pengusaha hotel dipastikan gulung tikar.
Hendra menuturkan, pembangunan hotel perlu dikoordinasikan dengan pihak pemerintah, sehingga tidak kian menjamur, sementara tidak ada wisata yang bisa diandalkan, kalau hanya pertambangan tidak menjadi penunjang bisnis perhotelan bisa bertahan lama.
"Saya ambil salah satu contoh, di Kota Makassar, ada Trans Studio yang menunjang dan beberapa tempat wisata lain yang menarik minat dan perhatian bagi tamu dari luar kota, jadi tidak heran jika akhir pekan, Kota Makasaar semakin ramai, sementara kalau di Sultra tidak ada yang bisa dijadikan tempat wisata yang benar-benar menarik perhatian tamu dari luar, yang menjadi kebanggaan hanya tambang," tuturnya.
Diprediksikan, beberapa tahun ke depan pertumbuhan hotel yang ada di Sultra semakin berkembang, apalagi dengan hadirnya Hotel Clarion yang diperkirakan kamarnya berjumlah 258 kamar, tentu hadirnya hotel ini akan memberikan pengaruh bagi hotel-hotel yang lain. "Saat ini saja jumlah kamar yang terisi masih sekitar 60 persen, kalau semakin banyak hotel, maia jumlah kamar yang terisi pasti semakin berkurang sehingga akan memberikan pengaruh terhadap daya saing hotel itu sendiri," ujarnya.
Sebagai Ketua PHRI Sultra, ia cukup bangga dengan banyaknya jumlah hotel yang ada saat ini, namun disisi lain ia juga merasa prihatin. "Bangganya karena para investor memilih Sultra untuk menanamkan sahamnya dalam bentuk pembangunan hotel, sehingga beberapa hotel berbintang seperti Swis-Belhotel, Horison dan Clarion sudah ada di Kendari, prihatinnya karena kita tidak tahu langkah apa yang harus diambil setelah kehadiran hotel berbintang itu, sementara tidak ada tempat wisata yang cukup menarik perhatian, apalagi di Kota Kendari," sesalnya.
Hendra hanya berharap agar pengusaha hotel bisa mempertimbangkan lagi untuk membangun hotel, bukannya ingin menutup kesempatan bagi pengusaha atau melakukan kiat-kiat tertentu agar hotel yang ada saat ini bisa tetap bertahan. "Mungkin bagi pengusaha bisa melihat kembali harga yang ditawarkan, maksud saya harganya mungkin bisa lebih murah, listriknya bisa lebih irit dan kebutuhan akan karyawan juga tidak perlu terlalu banyak," sarannya.
Ia juga berharap kepada pemerintah agar tidak sembarang dan lebih memperhatikan lagi izin pembangunan yang diusulkan. "Jangan sampai izinnya ruko, tapi yang dibangun hotel, mungkin pemerintah bisa lebih berhati-hati dalam memberikan izin," harapnya. (qq)