Foto : Kiki Andi Pati
Kendari - Kualitas legislator perempuan di DPRD di Kota Kendari harus lebih
ditingkatkan. Pasalnya, peran legislator dalam menyikapi berbagai
persoalan perempuan dianggap masih kurang. Misalnya, Persoalan buruh
migrasi, traffiking(perdagangan perempuan), kekerasan anak perempuan dan
lain-lain harus dibuat dalam peraturan daerah.
Kondisi ini sangat
dibutuhkan peran perempuan yag ada di DPRD Kota Kendari. Hal itu
diungkapkan oleh ketua badan eksekutif komonitas Solidaritas Perempuan
(SP) Kota Kendari, Sulhani kepada sejumlah rekan media saat ditemui
dalam acara peringatan hari perempuan internasional di Kota Kendari ,
Jumat (8/3).
Menjelang pemilu 2014 SP menyeruhkan perempuan untuk mimilih keterwakilan perempuan yang memiliki latar belakang Sumber Daya Manusia (SDA) tinggi, sehingga dapat menyuarakan berbagai persoalan perempuan.
Menjelang pemilu 2014 SP menyeruhkan perempuan untuk mimilih keterwakilan perempuan yang memiliki latar belakang Sumber Daya Manusia (SDA) tinggi, sehingga dapat menyuarakan berbagai persoalan perempuan.
Menurut Sulhani jelang Pemilu 2014, rencananya SP
Kota kendari akan melakukan pendidikan politik bagi masyarakat dan Calon
Anggota Legislativ dengan harapan perempuan yang menjadi anggota DPRD
Kota Kendari nanti benar-benar mengerti fungsi dewan dan dapat menjadi
corong kepentingan perempuan.
“ Dari catatan SP, berbagai persoalan
perempuan seperti buruh migran, traffiking, HIV/AIDS, penggeloaan Sumber
Daya Manusia dan pengutan organisasi baik di pemerintahan maupun swasta
masih banyak ditemukan.
Olehnya itu, SP memandang perlu adanya
perbaikan upaya-upaya menguatkan keberpihakan perempuan baik dalam
pemerintahan maupun sisi lainnya. Sebenarnya sudah cukup banyak anggota
DPRD dari perempuan.
Sebut saja di DPRD Kota Kendari. Namun, hal itu
tidak menjadi persolan perempuan dapat dikurangi. Saya kira perlu adanya
pendidikan politik dan pemilihan calon perempuan di legislativ yang
betul-betul mengerti persoalan perempuan hari ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut Sulhani mengatakan di Sultra masih banyak persoalan perempuan. Di Kabupaten Konawe misalnya, peralihan lahan perkebunan menjadi lahan kelapa sawit sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat ,terutama perempuan.
Lebih lanjut Sulhani mengatakan di Sultra masih banyak persoalan perempuan. Di Kabupaten Konawe misalnya, peralihan lahan perkebunan menjadi lahan kelapa sawit sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat ,terutama perempuan.
“ Perempuanlah yang merasakan langsung akibat dari mahalnya
harga bahan makanan. Selain itu, pelanggaran hak-hak buruh sawit
perempuan yang bekerja tanpa jaminan keselamatan kerja. Mereka melakukan
pekerjaan berat tanpa menggunakan alat pelindung seperti melakukan
pemupukan dan penyemprotan tanpa menggunakan masker sehingga rentan
mengidap gangguan reproduksi,” paparnya. (qq)