• Jelajahi

    Copyright © Swarasultra.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan 1

    Iklan 2

    Korupsi

    Mahasiswa Ricuh Saat Hearing Di DPRD Sultra

    Redaksi SwaraSultra.com
    Selasa, 05 Maret 2013, 22.46.00 WITA Last Updated 2013-03-06T12:20:27Z
    KENDARI - Rapat dengar pendapat (Hearing) yang digelar DPRD provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), terhadap Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sultra, Selasa (5/3/2013)  nyaris ricuh.  Sejumlah mahasiswa yang menamakan diri Barisan Masyarakat Sultra Menggugat yang ikut hadir dalam hearing tersebut, terlibat adu mulut dengan anggota DPRD, Ryha Madi, selaku pimpinan rapat.

    Aksi adu mulut itu bermula, saat Kepala Kanwil kemenag Sultra,  H Muchlis A Machmud, tengah memberikan penjelasan terkait tuduhan negatif kelompok mahasiswa tersebut terhadap kinerjanya selaku pimpinan Kanwil Kemenag Sultra. Saat bersamaan pula, kelompok mahasiswa yang ikut hadir dalam hearing tersebut terus melakukan protes terhadap apa yang dijelaskan, Muchlis A Mahmud.

    Awalnya, Ryha Madi telah meminta kelompok mahasiswa itu untuk tenang dan menyimak penjelasan Kepala Kanwil Kemenag Sultra. Namun hal itu tidak dihiraukan kelompok mahasiswa tersebut yang terus saja berbicara ketika,  Muchlis A Mahmud, memberikan penjelasan. Sehingga memancing emosi, Ryha Madi  langsung berdiri dan meminta kelompok mahasiswa tersebut untuk keluar ruangan.

    “Kalau anda tidak menghargai dan tidak mau mendengarkan penjelasan dari pihak Kanwil kemenag ini lebih baik anda semua keluar. Anda kami berikan kesempatan hadir disini untuk mendengarkan penjelasan Kepala Kanwil Kemenag Sultra terkait apa yang telah anda sampaikan dalam aksi demo, tapi kalau kalian tidak mau mendengarkan penjelasan itu, sebaiknya anda keluar saja,” seru Ryha Madi sambil menunjuk kelompok mahasiswa tersebut.

    Mendengar  pernyataan, Ryha Madi, kelompok mahasiswa tersebut juga berdiri dan menunjuk-nunjuk, pimpinan rapat dengar pendapat  yang dinilai tidak adil memimpin rapat tersebut. Hal itu membuat kondisi makin memanas, hingga aksi adu mulut dan saling pukul mejapun terjadi. Untungnya, dengan bantuan petugas keamanan suasana dapat kembali tenang.

    Setelah suasana kembali tenang, Ryha Madi meminta perwakilan kelompok mahasiswa tersebut untuk menjelaskan terkait temuan-temuan yang menjelaskan bahwa Kepala kanwil Kemenag Sultra tidak professional dalam menempatkan pejabat di jajaran Kanwil Kemenag Sultra. Penjelasan mahasiswa yang diwakili, Erwin Labora, menyebutkan kebijakan Kepala Kanwil Kemenag Sultra dalam menempatkan pejabat dalam jajaran Kanwil Kemenag Sultra, memicu konflik internal di lingkungan Kanwil Kemenag Sultra. Hal itu ditandai, kebijakan promosi jabatan eselon tiga Kepala kanwil Kemenag Sultra, tidak menempatkan orang yang tepat untuk jabatan teknis.

    “Misalnya jabatan kepala bidang pendidikan agama dan keagamaan diduduki oleh pejabat bukan dari latar belakang pendidikan, sementara disisi lain, doktor manajemen pendidikan hanya menjadi staf di bidang madrasah,” ujar Erwin Labora.

    Mendengar penjelasan itu, Ryha Madi, lalu meminta kelompok mahasiswa tersebut menyebutkan nama yang dimaksud lebih tepat menduduki jabatan tersebut dan apa kaitannya mahasiswa ikut campur dengan masalah itu. Pertanyaan itu ditolak untuk dijawab,  kelompok mahasiwa itu yang langsung keluar meninggalkan ruang rapat.

    Atas sikap kelompok mahasiswa yang langsung keluar ruangan dan menolak menjawab pertanyaan itu hingga, Ryha Madi berkesimpulan bahwa aksi demo yang selama ini dilakukan kelompok mahasiswa tersebut, karena dimotori oleh pihak yang memiliki kepentingan dengan jabatan itu. Namun demikian, Ryha Madi mengaku, tetap akan memproses laporan kelompok mahasiswa tersebut.

    “Saya akan upayakan dalam waktu dekat laporan dan permasalahan ini akan saya sampaikan ke Kemenag pusat, karena yang bisa memutuskan kebijakan dari persoalan ini adalah pihak Kemenag pusat,” terangnya. 

    Sementara itu, puluhan mahasiswa dari Barisan Masyarakat Sultra Menggugat memilih berorasi di teras 
    gedung DPRD Sultra. Mereka menyatakan, pimpinan rapat dengar pendapat tidak akomodatif dan terkesan arogan. “ tidak adil itu yang pimpinan rapat, padahal seharusnya anggota dewan menjadi mediator yang adil untuk mencari solusi dari tuntutan kami. Jadi kami akan turun jalan lagi, karena pertemuan itu tidak mewakili aspirasi kami,” teriak Erwin Labora selaku koordinator aksi. (qq)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini